Sunday, May 20, 2012

Potensi Produksi Kedelai di Kawasan Hutan Kayu Putih




Info Aktual
(adm/10 Mei 2012)
Badan Litbang Pertanian terus berkomitmen untuk meningkatkan produksi kedelai nasional. Sukses mengembangkan kedelai di kawasan hutan jati di KPH Ngawi yang dapat menghasilkan kedelai hingga 2 t/ha (berita 10 Januari 2012), kali ini Badan Litbang Pertanian membidik kawasan hutan kayu putih untuk target pengembangan kedelai.
Pengembangan tanaman kedelai  di antara pohon kayu putih sangat potensial karena hutan kayu putih selalu dipangkas daunnya untuk minyak kayu putih yang memberikan ruang dan cahaya matahari bisa masuk di antara pohon kayu putih. Lahan di bawah tegakan hutan kayu putih berpotensi untuk produksi kedelai secara permanen atau sepanjang tahun.
Berbeda dengan kawasan hutan kayu putih, kawasan hutan jati hanya dapat di tanami pada tegakan pohon jati pada umur 0 – 5 tahun. Lebih dari 5 tahun kanopi pohon jati sudah menutup.
Luas hutan kayu putih di Indonesia mencapai 248.756 ha dan banyak terkonsentrasi di Maluku serta Jawa. Inovasi teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan kayu putih telah diramu oleh Badan Litbang Pertanian dan digelar pada skala 5 ha hutan kayu putih di desa Sidoharjo, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, KPH Madiun, BKPH Sukun Ponorogo pada akhir Februari – awal Maret 2012.
Di KPH Madiun, luas hutan kayu putihnya mencapai 3.750 ha. Kondisi pertanaman saat ini umur 35 – 40 hari dan vigor tanaman tumbuh subur dan baik. Varietas yang ditanam sesuai dengan permintaan petani jenis Gepak Kuning dengan karakter biji kecil, rendemen untuk tahu tinggi.
Hutan kayu putih prospektif untuk produksi benih kedelai untuk penyangga kebutuhan benih di lahan sawah.  Sistem produksi benih kedelai melalui Jalur Benih Antar Lapang dan Antar Musim (Jabalsim) perlu dibangkitkan lagi untuk menjaga kualitas benih kedelai tetap baik, mengingat daya simpan benih kedelai tidak terlalu lama seperti padi atau jagung.
Produksi benih di kawasan hutan kayu putih dapat di lakukan pada akhir musim hujan dan hasil panennya dipakai benih untuk lahan sawah pada musim kemarau I dan II.  Keuntungan lain, kedelai dalam bentuk benih mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada konsumsi (Harga benih berkisar Rp 6.500,- - Rp 7.000,- sedang kedelai konsumsi sekitar Rp 5000,-).  Kedelai diusahakan untuk benih di lahan kering dengan harga Rp 7.000,- akan mampu bersaing dengan jagung dan kacang tanah.
Inovasi budidaya kedelai di kawasan hutan kayu putih ini akan menjawab keraguan produksi kedelai di lahan hutan, dan ternyata  lahan hutan dapat berkonstribusi terhadap produksi kedelai nasional.

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Sumber :  http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1167/

No comments:

Post a Comment