Tuesday, July 24, 2012

Ayo Generasi Muda, Mari Kembangkan Produk Batik



JAKARTA (Suara Karya): Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat minta kalangan generasi muda untuk ikut terlibat dalam proses produksi batik, sehingga membantu pelestarian warisan budaya tersebut.
"Saya berharap kalangan generasi muda sadar untuk terjun dalam pembuatan batik," katanya pada pembukaan Pameran Batik Warisan Budaya ke-5 di Jakarta, Selasa (24/7).
Menurut dia, saat ini kemajuan dan perkembangan batik secara nasional tidak diimbangi dengan regenerasi para pembatik, terutama untuk batik tulis yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran.
Regenerasi para pembuat batik tergolong minim, sehingga jumlah pembatik makin lama kian sedikit serta masih didominasi oleh kalangan lanjut usia. Melihat kondisi ini, dikhawatirkan pelestarian batik yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya tidak benda pada 2009 ini tidak berjalan baik.
"Jangan sampai batik dituntut pihak lain, karena keengganan kita untuk melestarikan dan mewarisi seni budaya membatik itu sendiri," tutur Hidayat.
Untuk meningkatkan produktivitas industri batik, Hidayat juga menekankan pentingnya kerja sama antara komunitas desainer dan pembatik. Tentunya untuk menciptakan motif dan pewarnaan yang sesuai perkembangan selera pasar. "Kerja sama komunitas desainer dengan perajin batik diperlukan untuk menciptakan aneka produk batik yang fashionable," ujarnya.
Lebih jauh Hidayat menjelaskan, sudah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74 Tahun 2007 tentang penggunaan logo "Batik Mark" sebagai Batik Indonesia. Dalam hal ini pemerintah sudah melakukan upaya-upaya dalam bentuk perlindungan hukum, jaminan mutu, dan identitas terhadap Batik Indonesia.
Pemerintah juga sudah mendaftarkan Batik Indonesia. Saat ini usaha batik menjadi sandaran hidup bagi banyak orang. Meski kebanyakan produk batik dikembangkan oleh pengusaha kecil, namun usaha batik justru menjadi kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi serta peran strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin berkembang.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, potensi pasar batik di dalam negeri membuat sejumlah produsen tekstil di Indonesia beralih menjadi produsen batik. Apalagi, dalam lima tahun belakangan ini, industri batik Indonesia tumbuh di atas 100 persen.
"Porsi batik di industri garmen juga makin bertambah besar. Saat ini, lebih dari 10 pesen produk garmen Indonesia merupakan batik," katanya.
Ade menyebutkan, penggunaan batik juga makin marak dan beragam seiring banyaknya batik khas atau sesuai dengan karakter daerah. "Sekarang hampir semua kabupaten dan kota memiliki batik sendiri dengan corak masing-masing," ujarnya.
Namun, di sisi lain, pelaku usaha tekstil juga berharap pemerintah lebih serius menekan ekonomi biaya tinggi agar produk pakaian jadi dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor. Dalam hal ini, impor pakaian biasanya didominasi pakaian anak sekitar 80 persen, selebihnya pakaian orang dewasa.
Meningkatnya permintaan terhadap pakaian impor karena harganya lebih murah dan sesuai dengan daya beli masyarakat. Nilai impor produk pakaian jadi setiap bulannya bisa mencapai 15 juta dolar AS. (Andrian/Antara/Joko) 


Sumber :  http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=308006

No comments:

Post a Comment