Thursday, July 26, 2012

Rearing Kambing Perah Pertama di Bogor



Memilih kambing perah yang berkualitas, perhatikan ambing dan putingnya
Susu kambing ettawa kian diminati oleh masyarakat karena berbagai khasiat yang dimilikinya. Namun, permintaan pasar yang tinggi tersebut belum mampu terpenuhi karena produksi masih rendah. Hal inilah yang kemudian melatari berdirinya Mitra Utama Barokah (MUB) Dairy Farm di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.“Selain itu, prospek kambing perah memiliki nilai ekonomis cukup tinggi yaitu harga susunya,” ungkap Ivan Nur Ivana, Manajer Keuangan dan Pemasaran MUB Dairy Farm yang berdiri sejak  awal 2009 ini.
Ditambahkan Yuswardie Wibawa, Manajer Teknis Pemeliharaan dan Produksi  MUB Dairy Farm, dengan permintaan susu yang  tinggi, maka kebutuhan bibit kambing perahpun akan melonjak.  Atas dasar ini,MUB mulai fokus untuk rearing (pembibitan) kambing perah. “Artinya menghasilkan bibit-bibit unggul kambing perah dengan concern (fokus)jenis Peranakan Ettawa (PE). Sekadar info, di Bogor belum ada rearing untuk kambing perah ini,” sebutnya dengan bangga.
Yuswardie menuturkan sebelumnya, MUB Dairy Farm memelihara dua jenis kambingyaiyu  PE dan Jawarandu. Namun seiringnya waktu produksi susu dari jawa randu ternyata kurang dibandingkan PE.  Lalu mulai akhir 2009 fokus untuk pemurnian genetik PE. “Maka kita datangkan PE murni dari Kaligesing,” ujarnya.
Ia menambahkan, populasi kambing perah MUB saat ini mencapai60 ekor dengan komposisi sebanyak  15 ekor dalam masa laktasi, 22 ekor dara bunting serta sisanya dara dan cempe (anakan). Untuk pakan sudah disiapkan kebun rumput seluas 2 hektar selain lahan 500 meter yang digunakan  untuk rearing sebanyak 10 ekor.
Menanggapi rearing kambing perah ini, Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB, Afton Atabany mengatakan,rearingsangat dibutuhkan dan mempunyai prospek yang sangat bagus. Umumnya peternak kambing perah tidak mau menjual kambing dara-nya karena untuk memperbesar produksi susu dan skala usahanya. “Ditambah akhir-akhir ini sedang booming susu kambing,” ujarnya.
Lihat Ambing Besar
Terkait bangsa kambing perah yang bagus untuk dipelihara, Afton menyarankan kepada peternak bahwa  jangan hanya melihat bangsa kambing, tetapi perhatikan ambing dan putingnya. ”Kalau besar ambil untuk dipelihara,” tegasnya.
Walaupun, lanjutnya, kalau peternak masih mengandalkan PE silakan saja, namun jangan lupa untuk melihat ambingnya. Dan untuk mengetahui ambing besar atau tidak harus beranak dulu. “Maka itu, jangan beli kambing dara tetapi yang sudah laktasi pertama agar bisa dilihat kondisi ambing dan putingnya, karena akan  berdampak terhadap produksi susu kedepan. Sebab, dari penelitian ukuran puting dan produksi susu korelasinya positif,” sarannya.
Antara PE dan Saanen
Terkait kambing perah jenis PE, Afton menyebutkan PE sekarang masih menjadi penghasil susu kambing yang utama di Indonesia. Selain  merek dagang  kambing perah penghasil susu di mata masyarakat tanah air adalah PE. “Padahal ada jenis lain seperti saanen yang sudah mulai dibudidayakan di daerah Sukabumi,” cetusnya.
Ia menjelaskan kalau dilihat produksi susunya, PE produksinya dibawah Saanen. Untuk Indonesia dari data, kambing perah saanen rata-rata produksi perhari mencapai 1,3 kilo (kilo atau liter setara dalam bahasa persusuan) dengan masa laktasi 8 bulan, sehingga kurang lebih mendekati 270 kilo susu. Sedangkan PE dengan rata-rata produksi susu 1 kilo perhari dan masa laktasi 6 bulan. “Bisa dibayangkan, kalau harga susunya per kilo Rp 25.000 dengan selisih 90 kilo-an,” cetusnya.

Sumber : 

No comments:

Post a Comment