Thursday, July 26, 2012

Peternakan Sapi Wagyu di Lahan Pabrik



Pembibitan sapi mendapatkan pakan ‘murah’ dari lahan kosong di kawasan pabrik yang diproses dengan energi ‘sisa’ dari peleburan kaca
Kawasan industri seluas 450 ha di Kaliwungu, Kabupaten Kendal – Jawa Tengah milik PT Tossa Shakti menyimpan cerita yang tak biasa. Perusahaan manufakturyang memiliki core business di bidang perakitan sepeda motor, pabrik soda, dan peleburan kaca ini serius mengembangkan pembibitan sapi.
Mulanya, divisi Research and Development (R&D) yang salah satu bagiannya bergerak di bidang lingkungan dan pertanian mengembangkan budidaya kambing Ettawa. Beberapa saat kemudian, dikibarkanlah bendera Tossa Agro. Selanjutnya didirikan pula bagian pembibitan sapi terintegrasi selain bagian tanaman dan kompos. Sapi yang dikembangkan di tempat ini antara lain sapi FH (Friesian Holstein), simental, limusin, dan australian wagyu (turunan dari Japanese Black Cattle). Sapi ini dikenal menghasilkan daging berkualitas terbaik dan termahal di dunia, hingga Rp 960 ribu/kg.
“Mencuri” waktu menjelang makan siang, dengan didampingikonsultan Tossa Agro, Dr Bambang WHEP, Trobos Livestock berhasil mengulik keterangan seputar riset pembibitan sapi wagyu di perusahaan ini dari Siswo Wiyono – manajer Tossa Agro.
Tossa Agro
Menurut Siswo Wiyono, manajer Divisi R&D PT Tossa Shakti, Tossa Agro adalah bagian R&D PT Tossa Shakti, yang khusus mengembangkan agribisnis. “Sementara ini Tossa Agro menggunakan lahan di sekitar pabrik, dengan potensi lahan 60 ha. Tapi untuk penanaman hijauan makanan ternak baru kami gunakan 10 ha,”ungkapnya.
Metode Pembibitan
Bambang membeberkan, Tossa Agro berminat membibitkan sapi wagyu karena ingin membuktikan bisa memproduksi sapi berkualitas tinggi. “Bukan hanya impor bakalan, digemukkan dan dipotong sehingga selamanya tergantung bakalan impor. Selain itu, kita juga ingin kelak masyarakat bisa mendapatkan daging berkelas namun harganya lebih terjangkau karena produksi lokal,” tuturnya.
Pembibitan sapi wagyu di Tossa Agro, kata Bambang, menggunakan metode Inseminasi Buatan (IB) dan Embrio Transfer (ET). Pedet hasil ET adalah sapi wagyu murni, sedangkan keturunan wagyu hasil IB masih harus melalui proses pemurnian genetik agar menjadi sapi wagyu murni.
Sebagai akseptor IB dan ET (untuk semua jenis sapi), kata Siswo, digunakan 450 ekor induk FH, dengan target setiap bulan harus lahir 50 ekor pedet. Diharapkan 40 % dari pedet yang lahir itu adalah sapi Wagyu. “Saat ini ada 15 ekor induk yang sedang bunting dengan ‘isi’ wagyu, 4 ekor diantaranya bunting melalui embrio transfer,” katanya.
Integrasi Pakan
Bambang menuturkan, lahan kosong di sekitar pabrik peleburan tidak sekadar ditanami pohon perdu (tanaman keras), tapi untuk hijauan pakan (rumput gajah),  jagung, dan singkong. Sehingga panas dari pabrik bisa dinetralisir oleh lingkungan yang hijau.
Bahan pakan berupa singkong, tebon (batang jagung) dan tongkol jagung ini pun tidak langsung diberikan kepada sapi, tapi dikeringkan dan digiling terlebih dahulu, kemudian dibuat menjadi complete feed. Uniknya, pengeringan bahan pakan tadi menggunakan ‘sisa’ panas dari tungku peleburan kaca, yang suhunya mencapai 1.600 – 1.900oC. Panas dialirkan melalui pipa-pipa yang dilengkapi pengatur suhu, sehingga saat memasuki Rotary Drying Oven suhunya tinggal 110oC. “Dalam waktu 10 menit, hijauan dan singkong sudah langsung kering,” tegasnya.

No comments:

Post a Comment