Tuesday, July 24, 2012

Teknologi Nuklir dalam Pandangan Sayid Ali Khamenei

Teknologi Nuklir dalam Pandangan Sayid Ali Khamenei
Islam Times- Resistensi dan upaya tak kenal lelah para pemuda Iran membuat negara ini mampu meraih sejumlah prestasi gemilang dan perannya baik di tingkat regional maupun internasional diakui banyak pihak. Dewasa ini mayoritas negara dunia mengakui kemajuan Iran di berbagai bidang seperti budaya, sains, ekonomi dan politik
Teknologi Nuklir dalam Pandangan Sayid Ali Khamenei
Munculnya ilmuwan besar seperti Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, Ibnu Sina, Umar Khayyam, Sadr al-Din Shirazi (Mulla Sadra ) dan masih banyak lagi ilmuwan lainnya merupakan anugerah besar Allah swt kepada manusia. Hal inilah yang juga mendorong Rasulullah saw merasa puas dengan kemampuan umatnya. Banyak hadis dari beliau yang memuji serta menjelaskan kedudukan ilmuwan dan ulama di sisi Allah.

Dewasa ini kemajuan di bidang sains memunculkan transformasi baru di berbagai bidang. Kemajuan ini juga memberikan manfaat besar bagi manusia khususnya terkait penyelesaian problematika yang mereka hadapi. Seiring dengan kemajuan sains ini, berbagai negara berlomba untuk memanfaatkan teknologi modern bagi kemajuannya serta mengatasi kendala yang mereka hadapi. Di antara teknologi maju di abad ke 20 yang dimanfaatkan untuk mengatasi problema manusia adalah teknologi nuklir. Saat ini tercatat sekitar 440 instalasi nuklir di dunia yang aktif dan masih banyak lagi reaktor yang digunakan untuk kepentingan riset yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

Namun pakar sosiolog meyakini bahwa semakin maju manusia maka mereka akan semakin jauh dari nilai-nilai moral dan spiritualitas. Parahnya lagi adalah bibit-bibit kesombongan mulai bersemi di hati manusia, sehingga kita menyaksikan penemuan para ilmuwan besar ini disalahgunakan oleh kekuatan arogan dunia untuk menjajah negara lain demi kepentingan pribadi. Namun kondisi ini berbeda di Republik Islam Iran. Dengan kemenangan Revolusi Islam di Iran, mulailah era sains berkembang di negara ini. Para ilmuwan muda Iran dengan semangat nasionalisme dan spiritualitas tinggi berhasil menggapai teknologi maju termasuk teknologi nuklir.

Terkait teknologi nuklir, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Kepala dan para pejabat Badan Energi Atom serta sejumlah ahli nuklir Iran menyebut keberhasilan di bidang sains dan teknologi nuklir dalam beberapa tahun terakhir sebagai keberhasilan yang menumbuhkan rasa bangga dan mengangkat martabat negara di mata bangsa-bangsa lain di kawasan dan dunia. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa meski dihimpit berbagai tekanan, satu bangsa yang resisten dan gigih akan mampu meraih kebebasan dan meruntuhkan monopoli sains oleh kekuatan arogansi.

Menurut Ayatullah al-Udzma Khamenei, bangsa Iran tak pernah dan tak akan pernah berpikir membuat senjata nuklir. Bangsa ini akan membuktikan kepada dunia bahwa senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan. Tapi bangsa yang mengandalkan bakat dan potensi insani dan alamnya bisa meruntuhkan kekuatan yang memiliki senjata nuklir.

Beliau menyebut sumber daya manusia yang handal, cerdas, berwawasan dan penuh semangat di negara ini sebagai karunia besar ilahi, seraya menandaskan, meski keberhasilan para ilmuan muda Iran di bidang teknologi nuklir punya banyak dimensi namun dari semua itu yang paling menonjol adalah rasa bangga dan kehormatan yang didapat bangsa Iran berkat keberhasilan ini. Rasa bangga dan kehormatan ini menurut beliau didapatkan berkat revolusi Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung tentang monopoli sains dan teknologi oleh segelintir negara dan mengatakan, "Sejumlah negara secara tak sah dan dengan cara memonopoli sains menguasai dunia dan menyebut diri sebagai masyarakat global. Negara-negara itu mengkhawatirkan keberhasilan bangsa-bangsa lain dalam meruntuhkan monopoli ilmu. Sebagian isu yang diangkat oleh mereka terhadap bangsa Iran berkaitan dengan masalah ini."

Rahbar menyebut penggunaan ilmu untuk melakukan tindakan arogansi sebagai kejahatan kemanusiaan terbesar. Beliau mengatakan, "Jika bangsa-bangsa dunia berhasil mencapai independensi di bidang nuklir, aerospace, teknologi, sains, dan industri tidak akan ada lagi tempat bagi kaum arogan di dunia."

Mengenai isu nuklir, Ayatullah al-Udzma Khamenei menyebutnya sebagai upaya musuh untuk menghentikan gerak laju Iran di bidang sains dan teknologi. Sebab, mereka menyadari benar bahwa dari sisi pemikiran, ideologi dan fikih Republik Islam Iran menilai kepemilikan senjata nuklir sebagai dosa besar. Iran menganggap menyimpan senjata nuklir hanya perbuatan yang sia-sia, merugikan dan sangat berbahaya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, Republik Islam Iran ingin membuktikan kepada dunia bahwa memiliki senjata nuklir tidak akan mendatangkan kekuatan, tapi justeru kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir bisa dilumpuhkan dan itulah yang akan dilakukan oleh bangsa Iran.

Sanksi, intimidasi, ancaman dan teror, menurut beliau, tak akan membuahkan hasil apapun, dan bangsa Iran akan melanjutkan langkahnya ke arah kemajuan ilmu. Rahbar menambahkan, semua intimidasi dan sanksi ini menunjukkan kelemahan kubu arogansi menghadapi bangsa Iran yang semakin kuat. Sebab dari kemarahan musuh, bangsa ini telah menyadari bahwa langkahnya benar.

Beliau menyebut isu nuklir yang diangkat oleh Barat sebagai alasan yang dibuat-buat. Beliau menandaskan,"Sejak kemenangan revolusi Islam, bangsa Iran sudah dikenai sanksi, padahal isu nuklir baru mencuat ke permukaan dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, masalah mereka yang sebenarnya adalah bangsa yang telah memutuskan untuk mengambil keputusan secara independen, menolak ditindas dan membongkar kejahatan kaum durjana. Bangsa ini menyampaikan pesan kepada bangsa-bangsa lain untuk melakukan hal yang sama dan akan melakukan hal-hal yang lebih."

Ayatullah al-Udzma Khamenei menegaskan, ketika satu bangsa sudah mengambil keputusan, bertawakkal kepada pertolongan Allah dan mengandalkan potensi diri, maka tak ada yang bisa menghalangi langkahnya. Masalah nuklir, menurut beliau, bukan hanya permasalahan teknologi dan penggunaannya di sejumlah bidang di satu negara, tapi masalah gerakan kaum muda, para ilmuan dan bangsa yang telah membulatkan tekad. Mempertahankan resistensi dan semangat satu bangsa adalah hal yang sangat penting.

Bangsa Iran selama tiga dekade pasca kemenangan Revolusi Islam dengan tekad bulat menghadapi tekanan dan konspirasi musuh demi merealisasikan cita-citanya dan menjaga independensi serta kebebasannya. Resistensi dan upaya tak kenal lelah para pemuda Iran membuat negara ini mampu meraih sejumlah prestasi gemilang dan perannya baik di tingkat regional maupun internasional diakui banyak pihak. Dewasa ini mayoritas negara dunia mengakui kemajuan Iran di berbagai bidang seperti budaya, sains, ekonomi dan politik.

Di masa mendatang, rakyat Iran dengan tekad ini akan membuktikan bahwa sanksi ekonomi, tekanan politik, ancaman serangan militer tidak akan berguna. Mereka tetap konsisten untuk meraih kemajuan sains dan teknologi. Terkait hal ini Rahbar mengatakan, "Tekanan dan sanksi dari satu sisi menunjukkan kelemahan kekuatan arogan dunia. Sementara itu, hal ini malah membuat bangsa Iran kian solid karena rakyat semakin sadar ketika musuh bertambah geram maka mereka mengetahui jalan yang ditempuhnya telah benar dan akan terus melanjutkan pilihannya tersebut."

Barat memandang kepentingannya akan diperoleh ketika negara-negara lain seperti Iran tidak berhasil menggapai teknologi maju seperti teknologi energi nuklir. Dari sinilah, Barat mulai melancarkan berbagai strategi untuk mencegah penggapaian teknologi ini oleh Iran, mulai dari teror para ilmuwan nuklir negara ini hingga sanksi serta ancaman serangan militer. Di satu sisi, Iran menilai penggapaian teknologi nuklir damai berkaitan erat dengan kepentingan nasional dan masa depan bangsa ini.[ Islam Times/irib]

No comments:

Post a Comment