Thursday, July 26, 2012

Kambing Gembrong Asal Bali Nyaris Punah



Program konservasi kambing gembrong tersendat-sendat, populasi kambing eksotik ini kian menipis
Kambing gembrong merupakan spesies endemik yang ada di Bali, tepatnya di Kabupaten Karangasem. Saat ini populasinya nyaris punah. Berdasarkan informasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, pada1970-an kambing ini masih berjumlah sekitar 200 ekor. Pada1996 menurun menjadi 80 ekor. Kemudian pada 1998 tinggal 64 ekor. Karena populasinya terus menurun, pihak BPTP berinisiatif untuk melakukan konservasi.
Upaya itu ditempuh dengan cara melestarikan dan mempertahankan spesies endemik tersebut secara insitu. Rintisan program BPTP ini dimulai pada1998, bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati). Sayangnya usaha ini tidak berjalan mulus. Sebab pelestarian dan pengembangan belum fokus pada kambing gembrong saja. Ada kambing biasa atau kambing kacang, juga kambing Peranakan Ettawa (PE) yang dipelihara.
Alhasil, perkawinan silang antara kambing gembrong dengan kambing PE pun tak terelakkan. Celakanya perkawinan itu menghasilkan anak yang dominan PE ketimbang gembrong. “Setelah dikawinkan, spesies gembrong hilang ciri khasnya dan yang lebih dominan atau menang adalah jenis PE,” ujar Ir Supriyo Guntoro, peneliti pada BPTP.
Selanjutnya,  pihak BPTP kembali menarik kambing-kambing gembrong yang mereka miliki dan mencoba memberikan kepada peternak untuk dipelihara.Tapi justru tantangan makin nyata. Ketika petani atau peternak dihadapkan pada persoalan ekonomi, maka kambing gembrong pun ikut dijual kepada pemotong. Lambat laun, jumlahnya semakin sedikit.
Selanjutnya, pemeliharaan kambing-kambing tersebut dipercayakan kepada Kelompok Tani Wisnu Segara Desa Tumbu Kabupaten Karangasem Bali. Di tahun yang sama, Ketua HKTI pusat Prabowo Subianto, membeli dua pasang kambing seharga 40 juta rupiah. Di tahun tersebut, terjadi perkembangan jumlah yang cukup signifikan. “Hingga saat ini, jumlah kambingnya ada 27 ekor, yang terdiri atas 7 ekor jantan dewasa, 6 ekor betina dewasa, 6 ekor anak jantan dan 8 ekor anak betina,” tutur I Wayan Mudarta, Ketua Kelompok Tani Ternak Wisnu Segara.
Menurunnya populasi kambing gembrong ini, karena petani maupun peternak tidak mengetahui sisi eksotis dari kambing tersebut. “Ironisnya, saat ini sudah ada pembeli yang mengerti nilai jual dan menjual kambing-kambing tersebut ke Malaysia,” ujar Supriyo.
Asal-usul
Berdasarkan beberapa literatur, kambing yang semakin produktif di usia tua ini merupakanketurunan kambing Kashmir dan Turki. Namun, setelah ditelusuri pendapat tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya. Kononasal-muasal kambing ini dari Desa Bugbug Kabupaten Karangasem.
 Dituturkan oleh Mudarta, pada mulanya kambing gembrong hanya kambing biasa atau kambing kacang yang melahirkan anak dengan rambut atau bulu panjang (gondrong). Khusus untuk kambing jantan, tubuhnya ditutupi bulu yang lebat. Panjang bulu bisa mencapai 25cm hingga 30 cm, dominan di areal kepala, leher,dan kaki. Karena berambut gondrong ini, orang-orang lantas menyebutnya kambing berambut gembrong ( gondrong).
Sebatas Konservasi
Masih menurut Supriyo, meski belum ada bantuan dan peraturan pemerintah untuk menjaga pelestarian kambing gembrong ini, pihak BPTP nekad membuat peraturan sendiri mengenai keharusan untuk tidak menjual kambing ini ke pemotong dan keluar Bali. “Pernah ada pihak yang mau membeli kambing gembrong ini, hal ini juga masih harus dilihat tujuan apa membelinya dan dimana lokasi tinggal pembeli,” ungkap Supriyo.
Ia melanjutkan, “Ke depan akan dibatasi lagi, melihat perkembangan kambing gembrong ini juga.” Harapannya, dengan aturan yang dibuat ini, populasi kambing tidak akan berkurang. Saat inibatasan yang dibuat untuk menjual kambing jikapopulasi telah mencapai minimal 300 ekor. “Diutamakan pembeli yang masih di daerah Bali,” imbuh Supriyo.
Lanjut Supriyo, upaya pemeliharaan kambing gembrong ini baru sebatas konservasi. “Ke depan diharapkan jika populasinya telah banyak, akan dijual dan juga jika ada yang mendukung, kambing ini akan dijadikan maskot obyek wisata Taman Ujung Karangasem.”

Sumber :  http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=3464

No comments:

Post a Comment