Thursday, July 26, 2012

Kemitraan Domba Bunting Bergaransi



Mitra cukup membeli domba bunting 2-3 bulan bergaransi untuk mendapat jaminan pasar cempe lepas sapih, induk afkir, dan majir dari pihak inti

Prinsip dari kemitraan domba bunting ini sederhana, induk betina dibuntingkan hingga 2-3 bulan, kemudian dijual (tunai) bersama dengan ‘business opportunity’  kemitraan mandiri domba bunting. Mitra yang membeli domba bunting itu kemudian memeliharanya 2-3 bulan sampai melahirkan cempe (anakan domba).
Cempe ini bisa dibesarkan untuk dijadikan indukan baru, atau bisa juga dijual kepada inti setelah disapih (3 bulan). Dua bulan setelah melahirkan (sebulansebelum cempe disapih), induk dikawinkan kembali hingga 5 – 6 bulan kemudian induk kembali melahirkan cempe.
Program ini sepertinya merupakan siklus program breeding (pembibitan) biasa, tetapi tidak demikian bagi Sugeng Yulianto SPt, penggagas kemitraan ini. “Sebab kami menjamin pasar cempe, menggaransi induk jika setelah di kandang mitra ternyata tidak bunting, dan membeli kembali induk afkir maupun majir,” papar pemilik bendera CV Mitra Agrinusa (CV MA) yang bergerak di bidang kemitraan domba bunting, penggemukan pejantan, jasa akikah,dan pemasok domba kurban ini.

Membuka Pasar Domba Betina
Sugengbercerita, pola kemitraan domba bunting ini digagas pada 2006, saat terjadi penumpukan populasi domba betina di kandang-kandang peternak di Jawa Tengah. Penyebabnya adalah mobilisasi pejantan besar-besaran karena semakin berkembangnya industri jasa akikah (ritual agama setelah kelahiran anak dengan cara menyembelih kambing/domba) dan bisnis penyediaan domba kurban. Domba betina pun jadi terpinggirkan.
Saat itu harga domba betina jatuh hingga Rp 11.000/kg Bobot Badan Hidup (BBH). “Saya cari akal agar domba betina ini memiliki pasar,” kata Sugeng. Menurut alumni Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini, bisnis domba bunting menjadi satu-satunya solusi bagi peternak karena peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan memotong betina produktif.
Kemitraan
Peternak mitra CV MA hingga Oktober lalu mencapai 420 orang, yang tersebar di 130 lokasi. Mereka bermitra atas nama sendiri maupun berkelompok, dan banyak yang merupakan peternak baru. Total populasi mereka 1.600 ekor induk dengan kepemilikan paling sedikit 2 ekor dan paling banyak 200 ekor.
Anehnya, menurut Sugeng, pemilik populasi besar justru peternak baru yang sudah memiliki profesi lain seperti karyawan swasta maupun pegawai negeri sipil. “Mereka ingin profesi sampingan bersuasana desa dan mempekerjakan orang. Dengan memiliki 40-50 ekor induk saja, perbulan hasil penjualan cempe tak kurang dari Rp 2 juta nett,”ungkapnya.
Contohnya Ir Agus Purnomo, penyuluh THL (Tenaga Harian lapangan) Pertanian Kabupaten Magelang. “Saya baru saja bergabung dengan membeli 5 ekor betina bunting. Baru lahir 2 ekor, tapi tidak saya jual karena untuk menambah populasi dulu. Sebelum bergabung saya sudah memiliki 20 betina siap kawin, hasil membesarkan sendiri,” ungkapnya.
Menurut Agus, kemitraan yang dibangun Sugeng ini sangat membantu peternak baru maupun peternak rakyat karena dibimbing dan dijamin pasarnya. “Kalau saya sendiri, sebelumnya sudah berhasil dipenggemukan. Sekarang mencoba menggarap breeding,”ungkapnya. Baginya, terjun langsung dalam perbibitan domba sangat penting untuk mendukung profesinya sebagai penyuluh. “Penyuluh yang juga praktisi akan lebih dipercaya petani-peternak,” tegasnya.
Garansi, Transparansi
Sugeng menjamin kepastian domba yang dilepaskan kepada mitra dengan garansi 4 bulan. Jika dalam 4 bulan tidak lahir cempe, mereka akan diberi kebebasan memilih. “Bisa saya beli kembali seharga Rp 24.000/kg atau saya ganti induk baru,”tegasnya.
Dibekali Teknologi Pakan
Selain soal garansi dan transparansi transaksi, Sugeng Yulianto juga mendampingi mitra-mitranya soal teknis manajemen budidaya dan teknologi pakan. “Saya membekali mereka dengan teknologi pakan komplit terfermentasi. Semacam silase-lah,” katanya. Dengan teknologi ini, domba tak lagi harus diberi pakan rumput, tetapi cukup jerami padi cacah/giling yang dicampur dengan konsentrat, lalu difermentasi selama 1 minggu – 2 bulan.

Sumber :  http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=3195

No comments:

Post a Comment